Rangkuman Format Asesmen - Modul 1 - UbD
Hai hai, halo halo Ibu dan Bapak!
Salam dan bahagia.
Pada video sebelumnya, Ibu dan Bapak Guru telah bersama-sama mempelajari metode asesmen.
Kali ini, saya akan mengajak Ibu dan Bapak untuk melanjutkan pemahaman yang lebih dalam mengenai format asesmen.
Jika Ibu dan Bapak ingat, bagaimana reaksi murid-murid saat mendengar kalimat:
"Anak-anak, besok kita ulangan ya."
Pasti banyak yang merespons dengan rasa cemas dan khawatir.
Biasanya, murid-murid akan lebih fokus menghafal daripada memahami. Kira-kira, mengapa ya?
Dalam format asesmen yang selama ini berjalan, murid sering terjebak dalam kegiatan menghafal saja.
Padahal, proses belajar seharusnya bisa lebih bermakna, seperti:
-
Merenungkan,
-
Merefleksikan,
-
Menganalisis, dan
-
Menghubungkan pengetahuan dengan fenomena yang ada di sekitar mereka.
Dua Format Asesmen
Berdasarkan formatnya, asesmen bisa diklasifikasikan menjadi dua:
-
Asesmen Tradisional
-
Asesmen Alternatif
Mari kita bahas satu per satu dan lihat perbedaannya.
1. Asesmen Tradisional
Merupakan format yang paling umum digunakan. Bentuk-bentuknya antara lain:
-
Tes pilihan ganda
-
Tes benar/salah
-
Soal isian pendek
-
Esai
Namun, kelemahan asesmen tradisional adalah:
-
Terbatas dalam menggambarkan ketercapaian kompetensi.
-
Lebih banyak mengukur pengetahuan saja.
Contohnya, dalam tes benar/salah, Ibu dan Bapak mungkin akan sulit menilai apakah jawaban benar berasal dari pemahaman yang sesungguhnya atau hanya karena tebakan beruntung. Hal ini juga berlaku untuk pilihan ganda dan isian pendek.
Kapan asesmen tradisional cocok digunakan?
-
Saat ingin menguji pemahaman cepat atas materi yang diajarkan.
-
Tapi, kurang tepat untuk mengukur pemahaman mendalam.
Namun, kita tetap bisa mengoptimalkannya. Misalnya:
-
Membuat soal pilihan ganda yang lebih panjang dan bersifat analitik.
-
Menggunakan soal esai untuk melihat kemampuan analisis, keterkaitan, dan refleksi murid.
Dalam penggunaan esai, Ibu dan Bapak bisa menggunakan rubrik penilaian agar prosesnya lebih objektif.
2. Asesmen Alternatif
Format ini lebih mampu mengakomodasi aspek-aspek pembelajaran yang tidak bisa diukur oleh asesmen tradisional.
Beberapa bentuk asesmen alternatif antara lain:
-
Pertanyaan terbuka
-
Bermain peran
-
Demonstrasi
-
Praktik langsung
-
Eksperimen
-
Proyek
-
Portofolio
Portofolio
Berisi karya murid yang menunjukkan penguasaan keterampilan, tugas, dan ekspresi terhadap materi.
Contohnya:
-
Guru membuat template jurnal atau diary.
-
Murid mengisi setiap selesai pembelajaran.
-
Isinya berupa refleksi murid.
-
Di akhir semester, jurnal dapat dinilai dengan rubrik yang telah disiapkan.
Proyek
Adalah proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan murid dalam mengolah pengetahuan menjadi karya nyata.
Bisa dilakukan secara individu atau kelompok.
Contoh proyek:
-
Rencana karya seni
-
Proposal penelitian
-
Presentasi multimedia
Tujuan proyek adalah menjadikan pelajaran lebih kontekstual dan mengasah kemampuan pemecahan masalah.
Penilaiannya bisa dilakukan secara individu maupun kelompok.
Dalam asesmen alternatif, proses belajar murid dinilai dari berbagai sisi.
Tidak hanya “tahu dan paham”, tapi juga:
-
Mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
-
Melakukan refleksi terhadap apa yang dipelajari
-
Menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang positif
Namun, asesmen alternatif memang menuntut komitmen guru untuk mengevaluasi ketercapaian kompetensi secara menyeluruh.
Kesimpulan
Lalu, mana yang sebaiknya dipilih?
Asesmen tradisional atau asesmen alternatif?
Jawabannya: gunakan keduanya sesuai kebutuhan.
-
Asesmen tradisional cocok untuk pengukuran cepat dan efisien.
-
Asesmen alternatif meski lebih kompleks, memberikan gambaran yang lebih utuh tentang proses belajar murid.
Dengan begitu, kita tidak hanya menilai hasil, tapi juga perjalanan belajar murid secara utuh.
Selamat bekerja, Ibu dan Bapak Guru Hebat.
Salam dan bahagia!
Post a Comment for "Rangkuman Format Asesmen - Modul 1 - UbD"
Post a Comment